Serunting.id, Jambi – Selain terkenal dengan makanan khasnya, ternyata cukup banyak sejarah unik Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang cukup melegenda hingga ke mancanegara.
Salah satu legenda yang cukup terkenal dari Sumatera Selatan ini adalah, cerita Si Pahit Lidah.
Dimana, Si Pahit Lidah ini, memiliki kesaktian yang tidak terkalahkan. Dimana, setiap apapun yang diucapkannya, akan menjadi sebuah kenyataan.
Siapakah Si Pahit Lidah ini? Dimana banyak versi yang menceritakan legenda yang tidak hanya diakui berasal dari Sumatera Selatan saja.
Dari cerita yang berkembang di masyarakat Sumatera Selatan, Si Pahit Lidah adalah julukan yang diberikan kepada Pangeran Serunting Sakti yang memiliki kesaktian tidak terkalahkan.
Dimana, Si Pahit Lidah memiliki kemampuan Serunting Sakti yang dapat memberi kutukan dengan lidahnya yang pahit. Setiap ucapan yang disampaikan, akan menjadi kenyataan.
Budayawan asal Palembang, Vebri Al Lintani menyampaikan, petilasan Si Pahit Lidah tidak hanya diakui di Sumatera Selatan, tapi juga diakui Bengkulu, Jambi bahkan katanya ada petilasannya di Provinsi Lampung.
“Tokoh pemersatu Sumatera Bagian Selatan ini adalah, Serunting Si Pahit Lidah,” ungkapnya dilansir infosumsel.id dari channel Youtube Mang Dayat.
Terdapat banyak versi cerita, mengenai Si Pahit Lidah ini. Namun, banyaknya versi cerita Si Pahit Lidah ini dinilai wajar. Karena tutur cerita Si Pahit Lidah ini berkembang di Sumatera Bagian Selatan, tidak hanya di satu daerah saja.
Walaupun banyak versi yang beredar, secara garis besarnya cerita ini tidak akan jauh berbeda, dengan kesaktian Serunting Sakti ialah lidah.
Sehingga hal ini dapat dijadikan pelajaran bahwa pesan moral, ataupun filosofi yang terkandung di cerita Si Pahit Lidah ini, ilmu tertinggi ada di lidah.
“Ada versi-versi, mulai dari versi Ogan, versi Besemah, Kerinci lain lagi versi, Jambi lain lagi versi, tetapi intinya sama bahwa puyang Serunting (Pangeran Serunting) awalnya pendekar, masa-masa terakhir kesaktiannya ada di mulut atau lidah,” ungkap Vebri.
Secara filosofi cerita Si Pahit Lidah ini menunjukkan, bahwa ilmu yang paling tinggi itu ada di Lidah.
“Melalui legenda Si Pahit Lidah, Sumatera Selatan ini telah menunjukkan filosofi yang begitu luar biasa hebat,” ujarnya.
Tidak hanya jadi sebuah legenda, filosofi yang diambil dari cerita Si Pahit Lidah adalah, bahwa ilmu tertinggi atau kesaktian dari manusia adalah lidah.
Artinya, kata-kata atau omongan dapat menjadi kesaktian yang tidak tertandingi. Bahkan hal tersebut dapat dirasakan sendiri dalam kehidupan sehari-hari, sebarapa bergunanya dan bahayanya dari sebuah ucapan.
Berikut sedikit rangkuman cerita Si Pahit Lidah yang berkembang di Sumatera Selatan yang berhasil dihimpun Serunting.id dari berbagai sumber:
Si Pahit Lidah merupakan salah satu pangeran di Sumatera Selatan bernama Serunting. Dimana, Pengeran Serunting adalah anak keturunan raksasa yang bernama Putri Tenggang
Dimana, Pangeran Serunting memiliki sifat buruk yaitu iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain
Dalam kisahnya, Pangeran Serunting mempersunting seorang gadis desa bernama Sitti yang memiliki adik bernama Aria Tebing.
Setelah menikah, ia mengajak istrinya untuk tinggal di istana, namun Sitti bingung karena disatu sisi harus patuh kepada suami, di sisi lain dirinya tidak ingin berpisah dengan Aria Tebing.
Atas saran Pengeran Serunting, Aria Tebing ikut diajak tinggal di Istana bersama sang Kakak Sitti. Namun, ajakan itu ditolak karena Aria Tebing lebih senang hidup bebas di desa daripada tinggal di istana yang penuh dengan aturan.
Namun ada juga versi cerita lain yang menceritakan Si Pahit Lidah dan Su Mata Empat. Keduanya pendekar ini diceritakan sebagai jawara yang sombong.
Keduanya pun beradu kesaktian untuk membuktikan siapa jawara yang terhebat. Dimana, keduanya beradu kesaktian di tepi Danau Ranau yang saat ini terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), Provinsi Sumatera Selatan.
Si Pahit Lidah dengan kekuatan Serunting Sakti sangat mudah mengalahkan lawannya dengan mengutuknya menjadi batu.
Sedangkan Si Mata Empat mempunyai kesaktian yang tidak diketahui lawannya, yakni dua mata di belakang kepalanya.
Meski sama-sama memiliki kesaktian, keduanya mati saat pertandingan untuk membuktikan siapa yang paling kuat.
Dimana, dari informasi yang berhasil dihimpun, kedua makam jawara tersebut berada di tepi Danau Ranau yang menjadi tempat pertarungan tang menewaskan keduanya. ****
Sumber Artikel: infosumsel.id
Discussion about this post